Suatu saat, Waktu akan Menjawab..

10 08 2010

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Detik demi detik pergantiannya pun seolah-olah berjalan begitu cepatnya, hingga proses bagaimana waktu itu berlalu menjadi momentum yang kadang kala tak sempat untuk dinikmati. Entah kita yang tidak bisa merasakan bergulirnya waktu itu, hingga ia terasa berjalan begitu cepat, atau memang kecepatan rotasi bumi telah mengalami perubahan, hingga seakan-akan terdapat waktu yang di-skip. Tapi yang jelas, dalam satu hari masih sama dengan 24 jam, dan dalam satu tahun masih ada 12 bulan.

Sudah sering kita dengar maupun kita baca dari berbagai macam referensi, bahwa salah satu tanda-tanda akhir zaman adalah berjalannya waktu yang terasa semakin cepat. Bisa dikatakan, bahwa hal ini termasuk salah satu skenario Alloh yang tidak pernah kita ketahui. Semua orang pasti merasakan perubahan “semu” ini. Kenapa saya sebut semu? Karena memang secara nyata dan secara hitung-hitungan tidak terjadi adanya perubahan waktu itu. Semua masih seperti dulu, ketika kali pertama ditentukan bahwa dalam satu jam ada 60 menit, satu hari ada 24 jam, dan seterusnya.

Saya secara pribadi, sangat merasakan adanya perubahan ini. Hari demi hari, bulan demi bulan saya lalui dengan berbagai aktivitas. Dan tanpa saya sadari, kini jatah usia saya di dunia ini telah berkurang satu tahun. Hampir seperempat abad saya diberi kenikmatan oleh Alloh untuk menghirup udara segar di dunia ini. Dalam setiap helaannya terdapat berjuta-juta kenikmatan yang tak henti-hentinya Alloh curahkan kepada setiap makhluknya. Begitu besar nikmat yang Alloh berikan kepada kita, hingga sungguh tak layak bagi kita untuk mendustai nikmat-Nya walau sedikitpun.

Seiring waktu yang bergulir, tentu harus diikuti dengan perubahan diri yang lebih baik dari sebelumnya. Yang dulu kekanak-kanakan kini telah tumbuh dan mampu berpikir atas apa yang dilakukannya, yang dulu masih ceroboh dalam berbagai tindakan kini telah menjadi dewasa dan mampu mempertimbangkan secara matang terhadap setiap langkah yang diambil. Tentu perubahan ini tidak berlangsung secara instant. Semua butuh proses yang harus dilalui. Proses yang cukup panjang dan memiliki warna yang beragam. Namun kadang kala kita tidak sabar melalui proses ini. Sehingga kadang hanya ketergesaan yang kita peroleh. Dan yang perlu digarisbawahi adalah, menyegerakan apa yang telah kita rencanakan, berbeda dengan tergesa-gesa agar rencana itu cepat terwujud. Menyegerakan cenderung lebih mengutamakan pemikiran dan pertimbangan yang matang agar apa yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan. Sedangkan tergesa-gesa, sangat bertentangan dengan konsep di atas.

Suatu ketika ada seorang teman berujar bahwa waktu adalah bagian dari solusi. Setelah saya pikir-pikir, memang benar pernyataan ini. Ketika kita sedang mengerjakan sesuatu yang dikejar oleh deadline, tentu kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk segera menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dan ketika batas waktu itu telah berakhir, kita telah menyelesaikan apa yang menjadi tugas kita. Pun ketika kita mempunyai harapan tentang sesuatu. Yang besar kemungkinan harapan itu akan bisa kita capai, namun tak kunjung kita dapati, sudah barang tentu ketika waktunya tiba apa yang kita harapkan tersebut akan terwujud.
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa segala sesuatu itu mempunyai waktu masing-masing. Dan ketika waktu itu telah tiba, maka segala kemungkinan bisa saja terjadi. Namun yang perlu kita ingat adalah usaha kita untuk memperoleh apa yang kita inginkan tersebut. Ketika usaha kita telah maksimal, tiba gilirannya kita mendapati waktu yang tepat itu. Jadi bukan berarti kita hanya diam atau berpangku tangan saja, lantas secara tiba-tiba waktu yang tepat itu menjumpai kita. Tentu hal ini sangat bertentangan dengan apa yang telah dikonsepkan oleh Alloh, bahwa Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai kaum tersebut mengubah nasibnya sendiri. Artinya usaha yang maksimal mempunyai peranan penting disini.

Tentu kita masih ingat dengan rumus kehidupan yang sangat popular, Man Jadda Wajada. Rumus ini juga yang menjadi kekuatan tersendiri yang termuat dalam novel Best Seller, “Negeri 5 Menara”. Dan satu hal lagi yang harus menjadi catatan kita, bahwa yang menjadi peran kita disini adalah sebagai perencana. Alloh lah eksekutor yang sebenarnya. Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Alloh. Begitu juga apa yang kita anggap buruk, belum tentu buruk disisi Alloh. Tetap yakin dan optimis dengan segala niat baik kita, karena Alloh itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya.

dywa al faris


Aksi

Information

Satu tanggapan

16 05 2011
apep

like this 😀

Tinggalkan komentar